artinya: "ya tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah engkau (baitullah) yang dihormati, ya tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Lagi-lagi, prahara itu terjadi dalam rumah tangga ini. Dan entah mengapa, seringkali momen-momen seperti ini hanya ada aku yang berada di rumah ketika mereka berkelahi. Meski dalam perkelahian mereka tak ada adu jotos. Tetap saja pertengkaran mereka membuat konsentrasiku saat seperti ini, memang tak banyak yang bisa kukerjakan selain mematikan laptop dan mendengar keributan itu dari dalam ngamuk tak terkendali. Berkali-kali sumpah serapah keluar dari mulutnya. Memekakkan telinga. Seperti orang kerasukan iblis. Sementara, ngamuk ibu tak seperti bapak. Sesekali beliau cuma menimpali makian bapak. Dengan balas caci maki. Seterusnya, mengoceh tak karuan. Walau suaranya tak begitu keras. Namun, ocehan ibu cukup ampuh membikin suasana tambah gaduh. "Pyar!!!", terdengar suara pecahan piring di lantai. Suaranya begitu nyaring didengar, sekaligus mengundang tanya dari para tetangga sekitar. “Siapa yang bertengkar malam-malam begini?”“Siapa lagi kalau bukan mereka.”“Kenapa mesti bertengkarnya malam hari, sih? Anakku juga barusan tidur.”“Enggak tahu juga. Kayak enggak ada waktu lain saja.” “Padahal, tadi pagi mereka kelihatannya mesra, lho.”“Ah, masak iya? Tapi, kok, sekarang jadi berantem, ya”“Aduh, anakku nangis. Bentar, ya.” 1 2 3 4 5 6 7 Lihat Cerpen Selengkapnya Makruhartinya boleh dilakukan namun lebih baik ditinggalkan. Artikel diambil dari : Masalah Pernikahan Dini Anak perempuan yang masih kecil belum siap secara fisik maupun psikologis untuk memikul tugas sebagai istri dan ibu rumah tangga, meskipun dia sudah aqil baligh atau sudah melalui masa haid. “KETIKA PRAHARA MENGHANTAM BAHTERA RUMAH TANGGA”[1]Saudariku, para istri yang mulia…Andaikan ada di dunia ini rumah tangga yang tak pernah mengalami masalah, tentu yang paling patut untuk itu adalah rumah tangga Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Sebab beliau adalah insan yang paling sempurna, paling bertakwa dan paling mulia akhlaknya. Namun ternyata, rumah tangga beliau pun tidak mutlak bersih dari rumah tangga ibarat sebuah perahu yang berlayar mengarungi lautan. Kadang perahu itu berjalan pelan dan tenang, angin bertiup sepoi-sepoi. Cuaca yang cerah pun menambah indahnya panorama alam. Maka ketika itu para penumpang perahu benar-benar merasakan kenikmatan dan kenyamanan. Namun, bisa jadi tiba-tiba ombak tinggi menghadang, badai dan topan menghantam. Ditambah lagi hujan turun disertai kilat dan guntur. Maka kapal yang semula tenang pun berguncang hebat. Hampir saja berubah haluan, atau bahkan karam di tengah berkat pertolongan Allah ta’ala, kemudian kemahiran sang nahkoda dan kerja keras segenap penumpang, akhirnya laju kapal itu bisa dikendalikan dan dikembalikan ke arah yang semula. Sehingga perjalanan dapat dilanjutkan, selamat sampai ke keadaan bahtera rumah tangga kita. Kadang kita merasakan kenikmatan, kedamaian dan kebahagiaan. Tetapi bisa saja tiba-tiba kita dipaksa menghadapi berbagai macam problematika yang mengganggu keharmonisan kehidupan rumah tangga. Menghadapi kondisi seperti ini sangat diperlukan nahkoda yang bijaksana dan kerjasama baik para penumpang. Sehingga masalah dapat terselesaikan, bahkan bisa dirubah menjadi pilar-pilar yang mendatangkan antara suami istri tidak mungkin dapat dihindari seratus persen. Namun jika itu terjadi, usahakan jangan dibiarkan berlarut hingga esok hari. Karena itu akan membuka kesempatan bagi setan untuk menghembuskan kebencian dan permusuhan dalam hati kalian perselisihan secara mutlak bukanlah sikap yang tepat. Apalagi jika keduanya mengambil langkah membisu dan enggan bicara. Jika Engkau memilih sikap ini setiap kali menghadapi masalah, maka Engkaulah yang akan merugi. Sebab Engkau lebih banyak tinggal di rumah, sedangkan suamimu bisa mencari angin segar di luar masalah sejenak tidak masalah, untuk mencari solusi penyelesaian. Bersikaplah cerdas dan luwes dalam menghadapi masalah itu timbul akibat perbedaan watak dan tabiat pada masing-masing pihak. Dan untuk menyelesaikannya, butuh kesabaran, kelembutan dan kesantunan. Karena watak dan tabiat sulit untuk dirubah dalam hitungan hari ataupun sekian banyak manusia yang ada di muka bumi ini, tentu tidak ada seorang yang cocok seratus persen dengan orang lain. Semirip dan sedekat apapun, tetap saja akan ada perbedaan di antara keduanya. Maka kedua belah pihak hendaklah menyadari bahwa seiring dengan perjalanan waktu, kesepahaman antara keduanya akan bertambah. Serta semakin mengenali tabiat dan kebiasaan masing-masing. Semoga sejalan dengan itu, akan semakin banyak masalah yang dapat diselesaikan. Semoga… Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 1 Dzulq’dah 1433 / 17 September 2012[1] Disarikan dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor hal. 169-172.
Artikata prahara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) - Belakangan ini penggunaaan kata-kata dalam ucapan dan keterangan makin luas dan banyak menggunakan kata-kata yang jarang digunakan. Sehingga membuat kita kadang tidak tau maksud dari kata-kata tersebut. Seperti penggunaan kata prahara.
- Hubungan rumah tangga Rey Utami dan Pablo Benua dilanda prahara. Tapi sebagian netizen tak percaya apabila pernikahan mereka bermasalah. Bahkan ada yang menyebutkan masalah mereka hanya setingan. Menganai hal itu, Rey Utami tak peduli komentar miring tentang dirinya dan sang suami. Sebab menurut Rey Utami, ia sudah terlalu terbiasa dengan cibiran pedas netizen terhadap hidupnya. "Komentar netizen, aku enggak terlalu peduli. Artinya karena dari awal muncul, tujuh hari apa segala macam ada orang yang begitu sebut settingan. Waktu aku hamil juga dibilang settingan, waktu ngelahirin anak-anak juga settingan. Artinya aku enggak mau terlalu nanggepin," ujar Rey seperti dikutip dalam kanal YouTube Beepdo, Selasa 12/1/2021. Baca juga Sejak Keluar Penjara Pablo Benua Belum Menemuinya, Rey Utami Saya Kangen, Anak Juga Kangen Rey minta doa kepada netizen agar rumah tangganya ke depannya dalam keadaan baik-baik saja. Sebab diakui Rey, ia tak ingin berpisah dengan Pablo Benua. Pasalnya, sudah banyak momen pahit hingga bahagia yang sudah dilewati keduanya. "Kan kita juga sama-sama dewasa, sama-sama udah ngalamin pahit manis kehidupan, di penjara, di luar penjara sampai keluar lagi. Kita sudah bertahan bersama, menguatkan bersama, artinya momen-momen itu yang aku syukuri. Sulit untuk aku lupakan," kata Rey Utami. "Kita benar-benar ada di saat-saat terendah hingga menguatkan hingga akhirnya kita bangkit. Menurut aku terlalu mahal ya dengan masalah kemarin, percek-cokan yang bisa diselesaikan harus berakhir," tambah Rey. Rey juga memikirkan buah hatinya jika nantinya, ia dan Pablo Benua harus berpisah. Pasalnya, jika orangtua berpisah, anak akan menjadi dampaknya. "Apa lagi ada anak yang tanggung jawabnya masih sampai dia besar menurut aku sangat disayangkan," ucap dia. Ia berharap rumah tangganya berhasil bertahan. Dia juga berharap sang suami agar berubah pikiran untuk mempertahankan rumah tangganya. "Saya sih sangat berharap, masih berharap. Mudah-mudahan Allah ridho, Allah berkenan sehingga doa aku yang dikabulkan untuk tetap bertahan. Dan dia juga mudah-mudahan bisa berubah pikiran, hatinya jadi lebih lembut, egona, Insya Allah, semua kehendak Allah," tuturnya. Sebagai informasi, hubungan rumah tangga antara Rey Utami dan Pablo Benua dikabarkan retak beberapa waktu belakangan ini. Kepada Melaney Ricardo, Rey Utami bahkan pernah mengungkap permasalahan rumah tangganya dengan Pablo Benua lebih kuat di dalam penjara dibandingkan di luar penjara. Artikel ini telah tayang di dengan judul Rey Utami Tak Peduli Omongan Netizen soal Keretakan Rumah Tangganya Disebut Settingan
NamunAyu Aulia siap kooperatif selama menjalani pemeriksaan sebagai tersangka. "Artinya posisinya syok, kaget tapi juga siap menjalani sesuatu sebagai bentuk pertanggungjawab," tutur Sunan
Perceraian terkadang menjadi pilihan terakhir bagi pasangan suami istri yang sudah merasa tak cocok. Namun sebelum buru-buru menggugat, ketahui dulu 5 hukum perceraian dalam pandangan Islam. Setiap pasangan suami istri tentunya mendambakan pernikahan yang langgeng hingga akhir hayat. Walaupun mungkin di tengah perjalanan bisa saja ada salah satu pasangan, atau bahkan keduanya, yang berubah pikiran. Karena berbagai masalah yang tak kunjung bisa diselesaikan, kata pisah pun terucap. Setiap pasangan hendaknya menjaga dan mempertahankan ikatan pernikahan. Terlebih lagi seorang suami, di mana saat ijab kabul ia berikrar atas nama Allah. Maka Allah berfirman dalam al Quran وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا “Dan mereka istri-istrimu telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” QS. An-Nisaa’ 21 Perceraian adalah jalan terakhir yang bisa ditempuh untuk mengakhiri prahara dalam rumah tangga. Dalam pandangan Islam, cerai adalah perbuatan yang tidak disenangi Allah, tetapi diperbolehkan. Lho, bagaimana maksudnya? Bahwa sejatinya Allah tak menyukai jika sebuah rumah tangga diakhiri dengan perceraian. Namun jika memang cerai dianggap jalan terbaik oleh kedua pasangan, Allah pun tak hendak mempersulit hamba-Nya. Meski begitu, cerai tak lantas diperbolehkan untuk semua pasangan. Dalam beberapa kondisi tertentu, hukum cerai akan berbeda-beda. Makanya, sebelum tergesa-gesa mengutarakan kata cerai, pasangan suami istri wajib mengetahui hukumnya secara lengkap dan menyeluruh. 5 Hukum Perceraian dalam Islam yang Perlu Diketahui 1. Mubah, Hukum Perceraian yang Pertama Dalam istilah agama Islam, mubah artinya boleh. Ada beberapa sebab tertentu yang menjadikan hukum bercerai adalah mubah. Contoh kasus, misalnya ketika suami sudah tidak lagi memiliki keinginan dan nafsu untuk berhubungan intim atau istri sudah memasuki masa menopause sementara suami masih ingin memiliki keturunan, maka cerai dihukumi mubah. Situasi lain, ketika istri berperangai buruk dan suami tak cukup sabar untuk menghadapinya, maka mentalak istri dibolehkan. Artikel terkait Cerai via online makin marak dilakukan, apakah sah menurut hukum Islam? 2. Sunnah, Hukum Perceraian yang Kedua Makna kata sunnah berarti suatu perbuatan yang jika dilakukan akan mendapatkan pahala. Dalam hal ini, berarti pasangan suami istri dianjurkan bercerai. Lantas, situasi seperti apa perceraian dapat dihukumi sunnah? Perceraian bisa mendapatkan hukum sunnah ketika terpenuhi syarat-syarat tertentu. Misalnya, ketika seorang suami tidak mampu menanggung kebutuhan istrinya maka disunnahkan suami untuk menceraikan sang istri. Atau ketika seorang istri tidak lagi menjaga kehormatan dirinya dan suami tidak mampu lagi membimbingnya, maka hukum cerainya adalah sunnah. 3. Makruh Makruh adalah kebalikan dari sunnah, artinya suatu perbuatan yang jika ditinggalkan justru akan mendapatkan pahala. Perceraian dihukumi makruh ketika tak ada alasan yang jelas mengapa memilih cerai. Contohnya, jika seorang istri memiliki akhlak yang mulia, mempunyai pengetahuan agama yang baik, maka hukum untuk menceraikannya adalah makruh. Selagi rumah tangga masih bisa diselamatkan, seorang suami hendaknya tidak sembarangan menjatuhkan talak. Artikel terkait Cerai saat hamil, Sahkah di mata hukum Indonesia dan hukum islam? 4. Perceraian dengan Hukum Wajib Sebuah perceraian bisa memiliki hukum wajib, jika pasangan suami istri tidak lagi bisa berdamai, terjadi konflik terus-menerus. Keduanya pun sudah tak menemukan jalan keluar lain untuk menyelesaikan masalah. Dalam kondisi seperti ini, biasanya pasangan akan dimediasi dulu oleh dua orang wakil dari pihak suami dan istri. Tetapi jika permasalahan tak kunjung selesai dan tak ada perdamaian, selanjutnya masalah akan dibawa ke pengadilan. Pengadilan agamalah nanti yang akan menilai dan memutuskan bahwa cerai adalah keputusan yang terbaik. Dengan demikian, maka perceraian tersebut menjadi wajib hukumnya. Selain itu, beberapa kondisi juga bisa menyebabkan hukum cerai menjadi wajib, seperti pasangan melakukan perbuatan keji dan tidak mau bertaubat, atau ketika pasangan murtad atau keluar dari agama Islam. 5. Haram, Salah Satu Hukum Perceraian dalam Islam Hukum perceraian adalah haram jika seorang suami menceraikan istrinya pada saat istri sedang haid atau nifas. Juga haram hukumnya menjatuhkan talak ketika suami telah berhubungan badan dengan sang istri tanpa diketahui istrinya hamil atau tidak. Selain itu, seorang suami juga haram menceraikan istrinya jika dimaksudkan untuk mencegah istrinya menuntut hartanya. *** Nah, itulah 5 hukum perceraian dalam Islam yang wajib diketahui pasangan. Semoga informasi ini bermanfaat! Baca juga Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
Prahararumah tangga pabrikan Honda tak kunjung usai. Meski begitu, ada harapan yang sedikit demi sedikit mulai muncul kepermukaan. Kabar pemulihan pasca operasi Marc Marquez berjalan lancar. Peningkatan itu dikonfirmasi oleh tim dokter yang menangani juara dunia enam kali tersebut. Di sisi lain, Pol Espargaro pun sedang menjalani program
Bepijak dari pengalaman saya, sebagai seorang hakim saya juga menjalankan aktifitas mediasi, yang sering berusaha menyelamatkan kelangsungan hidup berumah tangga, terfikir oleh saya, tentang bagaimana mengatasi persoalan, berkaitan dengan retaknya hubungan pasangan suami istri. Selama saya berkecipung di bidang permediasian, perkenankan saya mengutarakan keyakinan, bahwa semua itu dapat teratasi, jika pasangan suami istri melaksanakan hal-hal di bawah ini. Hal-hal tersebut perlu saya sampaikan, karena hampir semua perceraian, penyebab utamanya adalah terputusnya komunikasi. Kemudian ego masing-masing pihak yang lebih ditonjolkan dari pada saling pengertian dan memahami. 5 kunci sukses yang harus dilaksanakan oleh pasangan suami istri, untuk terhindar dari dahsyatnya badai rumah tangga adalah sebagai berikut 1. Niatkan nikah sekali untuk selamanya Luruskanlah niat pada setiap pasangan, bahwa tujuan membina rumah tangga adalah untuk terwujudnya keluarga yang kekal abadi di dunia maupun di alam setelah kematian. Tanamkan dalam hati, bahwa membangun bahtera hidup rumah tangga, semata-mata adalah untuk satu orang, berkolaborasi guna beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena perkawinan itu adalah sekali dalam hidup, sampai maut memisahkan, maka tidak perlu adanya perjanjian perkawinan. Perjanjian perkawinan hanya akan membawa pasangan pada bayangan perpisahan dan kecurigaan. Apa yang ada di pikiran kita adalah doa. Maka hindarilah pikiran-pikiran yang bersifat negatif, bayangkanlah bahwa anda akan hidup bersama pasangan selama-lamanya. Maka hal seperti itu pulalah, yang didapatkan. 2. Terbuka dengan pasangan Keterbukaan adalah kunci sukses dalam membentuk keluarga yang harmonis. Belum ditemukan keluarga sejahtera dengan sejuta rahasia. Dengan keterbukaan, maka segala ganjalan hati yang muncul dalam kehidupan berkeluarga, dapat terselesaikan dengan baik. Keterbukaan dimaksud adalah keterbukaan keuangan, juga keterbukaan dalam merencanakan masa depan anak-anak. Jika ada pemberian nafkah bagi orang tua, juga harus dilaksanakan secara terbuka, di antara masing-masing pasangan. Ketidakterbukaan, atau bisa jadi sebuah kebohongan, adalah tindakan yang harus dihindari, dalam kehidupan berumah tangga, karena akan memunculkan permasalahan dan kebohongan baru. Tetaplah untuk bersifat sportif dan terbuka pada pasangan. Terbukalah. 3. Saling berbuat baik Berlomba-lombalah untuk berbuat baik. Daftarkanlah pasangan untuk melakukan kunjungan wisata, kunjungan ibadah, belikanlah isteri mobil, berilah kejutan ulang tahun untuk pasangan, belikan pasangan sepatu, baju, handphone, dan yang lainnya. Itu adalah bagian dari perbuatan baik bagi pasangan. Tentunya sesui dengan kemampuan lho ya. Tidak ada yang paling berpengaruh dalam rumah tangga. Semuanya memiliki perannya masing-masing. Suami dan istri adalah sepasang manusia, yang jika salah satu bermasalah, maka jalannya roda kebahagiaan keluarga akan terganggu. Jangan ragu dan pelit, dalam berbuat kebaikan, karena memuliakan pasangan hidup akan membawa keberkahan. Kalau sudah berkah semua akan berjalan dengan tenang, baik, dan tercukupi. Rumah tangga akan terasa tenteram dan penuh kebahagiaan. 4. Saling berebut mengatakan saya yang salah Janganlah saling mencari kebenaran masing-masing. Jika demikian, yang terjadi adalah gejolak dan percekcokan antara suami istri yang tiada henti. Namun demikian dengan saling berebut mengatakan saya yang salah, niscaya percekcokan akan dapat diminimalisir. Manusia tidak ada yang sempurna. Semua orang penuh dengan kekurangan. Jadi, untuk masing-masing pasangan, harus menyadari bahwa ketika kita menyalahkan pasangan, bisa jadi kesalahan kita lebih parah dari pada pasangan kita. Tidak ada manusia yang paling benar di dunia ini. Juga terhadap diri kita masing-masing terhadap pasangan. Pasti ada kekurangan yang kita miliki. Jadi jangan merasa jadi pasangan yang merasa paling benar, paling berpengaruh, dan paling dominan. Hidup berumah tangga adalah seperti sistem, bila salah satu bagian bermasalah, maka akan mengganggu jalannya bagian yang lain. Berebutlah untuk mengatakan saya yang salah. 5. Berpasrah pada Tuhan Selalu berbuat kebaikan. Kita harus berkeyakinan bahwa orang baik akan disayang Tuhan. Hilangkan kekhawatiran kita, tetap lakukan hal-hal yang baik. Orang baik akan mendapatkan pasangan yang baik, dan sebaliknya, orang yang keblinger juga akan mendapatkan orang yang serupa. Niat baik akan balik mendapatkan kebaikan. Jangan pernah protes kepada Tuhan. Baik menurut manusia, belum tentu baik bagi Tuhan. Akan tetapi kebaikan bagi Tuhan, tentunya akan menjadi kebaikan bagi kita dan pasangan. Selalu berprasangka baik terhadap Tuhan. Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Jika sudah melaksanakan itu semua, maka pasrahkan kepada Tuhan. Yakinlah bahwa orang yang berusaha dengan dasar kebaikan, pasti akan dilindungi Tuhan. Kebaikan dan kesabaran akan menghasilkan kebahagiaan kita dan pasangan. Tuhan tidak tidur. Usaha lahiriah dan batiniah seperti di atas wajib kita lakukan. Karena perkawinan bukanlah untuk menang-menangan, tetapi lebih kepada pengertian, usaha untuk saling menyayangi, dan tetap berusaha sepanjang masa, untuk memupuk dan mempertahankan kelanggengan hidup berumah tangga
Adapunpemicu kabar rumah tangga Arya Saloka dan Putri Anne yang dikabarkan retak, adalah karena keduanya memilih menghapus foto-foto kenangan bersama di Instagram masing-masing.. Ditambah beberapa waktu lalu, sempat beredar video kedekatan Arya Saloka dan Amanda Manopo, saat masih main di sinetron Ikatan Cinta.. Chemistry Amanda Manopo dan Arya Saloka sebagai pasangan suami istri di sinetron

Rumahtangga beriak dan berombak, kadang berprahara itu biasa, saya juga sama. Dalam mematangkan kedewasaan, konflik itu madrasahnya. Kalau rumah tangga lagi prahara, saya bingung mau ngapain. Ngomong salah, diam salah, senyum salah, cemberut salah, nawarin makan juga salah. Pokoknya dalam urusan cinta dan mengelola hati pasangan sangat

.
  • jc8t1apqki.pages.dev/367
  • jc8t1apqki.pages.dev/390
  • jc8t1apqki.pages.dev/177
  • jc8t1apqki.pages.dev/370
  • jc8t1apqki.pages.dev/166
  • jc8t1apqki.pages.dev/68
  • jc8t1apqki.pages.dev/109
  • jc8t1apqki.pages.dev/354
  • jc8t1apqki.pages.dev/66
  • prahara rumah tangga artinya